Thursday, January 29, 2015

The Yellow Jungle : PAS #3

Assalamualaikum wr wb, saudara sebangsa dan setanah air. Bagaimana liburan anda sekalian? Yang jomblo ga ada temen dan tetep di rumah, apa kabar? Yang ga jomblo dan tetep di rumah juga apa kabar? Alhamdulillah, saya sebagai orang yang jomblo, punya teman (baca : laptop) dan tetap di rumah baik-baik saja.

Di sini gue mau ngelanjutin cerita cinta  tentang kegiatan PAS. Kalau ada yang sadar (tapi sepertinya tidak) post terakhir gue bisa dibilang cukup singkat dan hanya berisi gambar-gambar. To be very honest, saat nulis post itu mood gue sedang berada di level cukup rendah karena banyak peristiwa yang cukup tidak meng-enak-an di PAS.

Tapi sekarang kita lupakan sejenak peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan itu dan mari gue ceritakan tentang sesuatu yang lain.

Waktu opening ceremony pertama kali, ketika gue pertama kali bertemu dengan anggota-anggota PAS, there was only one person that stand out, in my eyes.

Gue akan memberikan waktu 2 menit untuk anda sekalian yang membaca pergi ke toilet dan muntah.




Udah? Lanjutin ya?


Gak beberapa lama kemudian ketika waktunya ketua PAS maju ke depan buat ngasih speech, orang itu yang maju. Voila. 

Besoknya ketika kegiatan PAS pertama kali dimulai akhirnya gue bisa melihat dia dengan sangat jelas dan sering jalan mondar-mandir kesana-sini, ngobrol dan ketawa-ketawa dengan senior-senior gue.

Sayangnya, cuma disaat-saat itu aja gue bisa lihat dia karena 2013 lah yang kedapetan mentoring sama dia. Gak apa-apa.

Hari demi hari terus berjalan. Makin sukalah gue lihatin dia. 

Mari gue memperjelas sesuatu. Selain gue, banyak temen-temen gue juga yang mempunyai ke'suka'annya masing-masing. Konteks 'suka' itu amat sangatlah banyak. Gue mau memperjelas aja - siapa tau ada senior (hehe) yang baca ini atau malah mungkin mereka sendiri yang tiba-tiba termotivasi belajar Bhs. Indonesia atau nyewa translator terus mereka jadi ngerti isi blog gue - bahwa rasa suka yang gue rasakan gak jauh beda sama suka ke idol. 

Like, oh my god, he's so handsome. I like him.

Beberapa hari kemudian gue melihat temen gue yang juga suka sama si ketua foto bareng dia.

Keesokan harinya gue membuat misi - yang tidak diikuti dengan visi -  untuk bisa berfoto dengan ketua itu juga. Pokoknya. Harus. Bisa.

Puncak geregetannya terjadi ketika sports day. 

Alhamdulillah, mungkin Allah SWT mendengar doa gue yang sederhana ini, tidak ada angin tapi ada hujan, gue satu tim sama si ketua. Voila.

Gue seneng. Gue gemeteran. Gue tegang. Gue kejang-kejang. Gue memperhatikan setiap kata yang diucapkan dia ke tim gue (walalupun tentu saja 60% gue ga ngerti sama apa yang di katakan). 

Sampai ada satu permainan dimana kita harus membentuk sebuah gawang dengan berdiri sambil pegangan tangan membentuk garis panjang. Anggota PAS yang ada di tim masing-masing berdiri di ujung kanan dan kiri. Mungkin kalian mengira sehabis ini gue akan bilang bahwa gue berhasil pegangan tangan sama dia. Tapi kawan, kuberi tahu kalian sesuatu.

Terkadang takdir itu kejam. Apa yang sudah kita harapkan dan kita pikir bakal kejadian, ternyata tidak terjadi sama sekali.

Intinya, gue tidak berhasil pegangan tangan sama dia. Bahkan, kita saling berdiri di ujung yang berjauhan. Dan malah temen gue yang lain yang pegangan tangan sama dia. Temen gue, yang tahu gue suka sama si ketua, cuma ketawa-ketawa. Dasar bubuk marimas kau Lifia.

Karena itu permainan ada 2 sesi, sesi kedua gue berusaha untuk memutar otak biar bisa pegangan tangan sama si ketua. Ketika gue sudah mencapai satu ujung di sebelah kiri dan dia pun ikut berjalan ke ujung sebelah kiri, ketika jarak kami cuma sedikiit lagi,

tiba-tiba..

salah satu senior mengambil tempat tepat di sebelah gue, diantara gue dan si ketua.

Oh, rasanya aku ingin membelah lautan.

Permainannya tetep berjalan, sampai tiba-tiba senior di sebelah gue memutuskan untuk ikut main. Gue hampir berteriak kesenengan kalau ga tiba-tiba ada senior lain yang mengambil tempat yang telah ditinggalkan senior pertama; yang kemudian ditambah oleh kedatengan temen gue yang lain sehingga jarak diantara kami menjadi semakin lebar.

Ya, kawan, takdir itu kejam.

At least di permainan dodge ball ketika putaran terakhir, yang tersisa tinggal gue, temen gue tadi si bubuk marimas aka Lifia dan si ketua. Habis itu kita menang (juara ketiga lebih tepatnya) dan si ketua menghampiri kita berdua dan high-5 sama kita.

Gue hampir nangis.

Di akhir acara, banyak yang foto-foto. Gue pun pengen foto sama si ketua, tapi dia tiba-tiba menghilang. Dan muncul lagi pas kita udah harus pergi dari tempat itu.

Akhirnya, di hari Jumat, karena merasa bersalah, si bubuk marimas Lifia ditambah bantuan Misa yang juga mau (dan suka) foto sama ketua, gue bisa untuk pertama kalinya foto sama dia.


Rasanya aku ingin membelah lautan


Insyaallah berkah


Dan yang paling sedih adalah.......di hari terakhir acara PAS hari Senin tanggal 26 Januari 2015.

Seperti layaknya bagaimana sebuah perpisahan terjadi, banyak air mata yang berjatuhan, pelukan dan tentu saja, foto-foto. Hari itu si ketua mendapatkan sebuah batik berwarna biru yang oh my god cocok banget di dia. Gue pikir selama ini cowok bisa berubah jadi ganteng kalau pakai jas aja, tapi cowok apalagi orang Korea bisa sangat ganteng kalau pakai batik.

Tentu saja momen itu gak gue sia-siakan. Dengan mengajak Misa dan Nadya gue minta foto bareng dia.





"Aduh, jangan pake blitz dek, mata saya sensitif"

Begitu selesai gue sama Misa masih heboh karena menurut kita dia keren banget pake batik. Lagi heboh-hebohnya gitu, iseng gue nengok lagi ke dia, dan....

"Bangs**, Misa, coba itu liat" kata gue sambil menahan amarah. Misa pun patuh dan ikut menengok ke arah yang gue suruh.

"Anjrit" kata Misa pelan.

"Bangke Mis, sekarang dia pake jakun, bangke lucu abis"

Habis itu kita berdiskusi apakah pantas untuk kembali mendatangi dia dan meminta foto bareng lagi?

Kita putuskan jawabannya, ya, pantas.

Kalau Allah SWT sudah berkata kun fayakun, apa yang terjadi, terjadilah. 



"Kak, tangannya kak"


Disuruh pose imut sama dia. Ya aku sih nurut aja.


Mungkin karena dia ngerasa kita udah sering pernah  foto sama dia, dia nanya siapa nama kita. Habis itu disemangatin belajar Bahasa Koreanya biar cepet lancar.

Besoknya, ketika mereka semua udah pulang, udah pada balik ke pelukan Korea tercinta, gue mendapatkan kabar bahwa Misa dengan amat sangat berani - yang kalau gue boleh tambahkan - nyapa si ketua duluan lewat KakaoTalk.

Berkat dukungan teman-teman yang lain, gue pun memberanikan diri buat ikutan nyapa.



Terakhirnya cuma diread. Fotonya foto pacar. Aku gak apa-apa.


Orang-orang yang jatuh cinta sering lupa, bahagia yang mereka alami sekarang sepadan dengan rasa sakit saat berpisah kelak. 



Pertemuan kita memang singkat, kak. Tapi saya bersyukur dengan pertemuan yang singkat itu. Makasih untuk foto-fotonya, kata-kata semangatnya dan..



kebahagiaannya yang tidak seberapa.




0 Words from....:

Post a Comment