Sunday, February 21, 2016

Kumpulan Puisi Judith Satyani

Jadi ceritanya, 13 Februari kemarin gue ketemuan full berenam sama geng #tsah sma. Sebenernya ada nama gengnya, but since namanya dari Bahasa Korea dan artinya agak-agak gimana gitu ditambah saya ini kuliah di jurusan Bahasa Korea yang tentu saja teman-temannya pun mengerti bahasa yang sama; maka demi keamanan nasional tidak akan saya beberkan nama geng kami di sini.

Jadi ya, seperti yang gue bilang; kita ketemuan.

Ngumpulin anak-anak geng sma ini emang paling susah. Kita berenam kuliah di universitas yang berbeda, kecuali Judith dan Tessa yang sama-sama di Trisakti. Tapi walaupun begitu, mereka juga beda jurusan dan sepertinya jarang ketemu satu sama lain juga.

Dan kebetulan, anak-anak Trisakti inilah yang kalau diajak ngumpul, paaaaaaaaaaaling susah. Ribet. Sibuk terus.

Di urutan selanjutnya ada Sari yang juga kayaknya sibuuuuuk terus. Dilanjutkan oleh gue, Dian dan Ayu yang sepertinya selalu available.


Tempat ketemuan kita dulunya adalah mall-mall di Tangerang. Tapi semenjak memasuki dunia perkuliahan yang keras, kita semakin sadar betapa berharganya sebuah uang. Karena itulah akhir-akhir ini kita kalau ngumpul selalu di tempat paling murah se-Tangerang; Roti Bakar 88.

Selain bisa mesen banyak sambil patungan dan tetep kenyang, kita juga bisa ketawa keras-keras tanpa diliatin dengan aneh dan tentu saja bisa pulang sampai malam.

Nah, pas pertemuan kemaren, salah satu temen jayus gue si Judith, bercerita bahwa dia lagi suka nulis puisi. Tentu saja pernyataan itu gue sambut dengan tidak antusias karena yang mengatakan adalah Judith. Sampai kemudian si Judith ngomong lagi, " Ndi, terbitin puisi gue dong di blog lu. "

Tentu saja - sekali lagi - hal ini tidak gue sambut dengan antusias. Karena pertama, gue bukan penerbit. Kedua, itu blog gue. Ketiga, itu puisi buatan Judith. 

Sekali lagi, buatan Judith.

Sampai sedetik kemudian, pikiran baik tiba-tiba menghampiri otak gue dan gue memutuskan, " Boleh dah Ju ".

Ya, dan sesampainya di rumah, Judith langsung mengirimkan semua puisi-puisi buatannya yang dia tulis di hp. Lumayan banyak puisinya; yang membuat gue bertanya-tanya, si Judith emang kaga ada kerjaan atau kebanyakan waktu? Atau memang begitukah gaya kuliah anak Trisakti? Membuat puisi ditengah-tengah kesibukan.

Yang jelas anak UI tidak begitu.

Karena puisinya lumayan banyak, maka gue hanya akan menuliskan top 5 puisi dia yang gue suka. Lumayan buat nyenengin si Judith.



Poems by : Judith Satyani (non-edited)


" Hai~ dibaca ya puisi-puisiku "


PUISI 1

Butuh goresan tinta hitam di atas selembar kertas putih
Harus ada yang diam di antara yang fasih
Dari rasa dendam, perlahan timbul kasih
Memang suram saat sadar tak bisa dapatkan yang lebih
Dari yang buram kita mengerti jernih

Orang waras pasti memilih jalan yang jelas daripada tak berujungnya langit
Dari manis kesenangan itu aku ingat pahit
Ringan tangan adanya muncul karna Ia yang pelit
Justru kemudahan itu malah mengarah ke arah yang sulit
Saat tanda itu butuh sirat jawaban, kau malah berkelit

Putri duyung mengejar cintanya dengan kaki
Bukan inginnya homo didampingi lelaki
Semakin banyak tanda, hingga kian tinggi aku mendaki
Tapi diri lelah mengarat, karna harus mengapus tanda pergi

Mengapa? Ada dinding tipis transparan di depan dua tanda
Tak hanya kita yang lihat, tapi semua melihat
Semua pilihan tadi mengarah pada tanda
Namun pada akhir jawaban, tanda itu tak mungkin dipererat



PUISI 2 
- 1 Januari 2014 -

Maafkan aku
Amarahku masih tetap membelenggu
Setiap kali kesedihan ini datang mengganggu
Hati dan pikiran ini tak lagi satu
Sedih ini tetap tak mau berlalu
Tapi hati dan mulut tak mampu mengaku
Apa yang harus kulakukan, ibu?



PUISI 3

Kata orang jangan terlalu banyak tertawa
Karna akhirnya tak satupun rasa yang kau bawa
Kata orang jangan terlalu banyak meminta
Karna akhirnya hanya menyisakan air mata
Kata orang jangan terlalu banyak membuka
Karna akhirnya hanya akan menyisakan luka
Kata orang jangan terlalu banyak asa
Karna akhirnya hanya ada melangsa
Kata orang jangan terlalu banyak mengira
Karna akhirnya mengakibatkan lara
Kata orang jangan terlalu banyak menyapa
Karna akhirnya kau akan tau dia 'siapa'
Kata orang jangan terlalu banyak kata manis
Karna akhirnya hanya meninggalkan tangis



PUISI 4

Aku rindu pergi ke laut
Menatap hamparan air yang tak terpaut
Tak ada lagi wajah mengerut
Sudah hilang semua kabut

Berikan aku sebuah nyali
Agar semua aman terkendali
Mungkinkah seindah di Bali,
Bila aku memiliki cinta kembali?

Buat aku lupa semua sakit di hati
Hilangkan kecewa di hati
Hilangkan takut dan amarah di hati
Buat aku mampu membuka hati


PUISI 5
- 9 Mei 2014 -

Lagi-lagi kau begitu
Mendengarmu berkata begitu
Rasanya seperti tak tentu
Apa hati dan otakmu dari batu?
Atau memang terlalu bodoh, atau pura-pura tak tau?



" Terimakasih sudah mau membaca "



BONUS : 









2 Words from....: